Hasil Karya Anak SMK AL-Irsyad Tegal

Membuat vespa antik dari limbah

Hasil Karya Anak SMK AL-Irsyad Tegal

Kerajinan dari limbah kaleng

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday 29 May 2017

5 Amalan Kesukaan Rasulullah SAW Di Bulan Ramadhan

5 Amalan Kesukaan Rasulullah SAW Di Bulan Ramadhan


Membaca Al-Quran di bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan lebih istimewa dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Bagaimana tidak, di bulan suci ini setiap amal kebaikan akan dilipatgandakan dan pintu ampunan akan dibuka lebar. Oleh karena itu, banyak-banyaklah berbuat kebaikan di bulan Ramadhan.

Ibn Abbas mengatakan, Rasulullah adalah orang yang dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya lalu membacakan kepadanya Al-Quran.

Seperti dilansir Abatasa, berikut beberapa amalan kesukaan Rasulullah SAW di bulan Ramadhan.

5. Membaca Al-Quran

Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW senantiasa membaca ayat suci Al-Quran sepanjang Ramadhan. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah, ayat 185, "Bulan Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia dan mejadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbedaan antara yang benar dan yang salah." (Surah Al-Baqarah, ayat 185).

Saidina Uthman bin Affan khatam Al-Quran setiap hari pada bulan Ramadhan. Imam Zuhri berkata apabila tiba Ramadhan, "Sesungguhnya Ramadhan itu bulan membaca Al-Quran dan menyediakan makanan untuk orang berpuasa."

4. Memberikan makanan kepada orang yang berbuka puasa

Rasulullah SAW bersabda, "Sesiapa yang memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, maka baginya seperti pahala (orang yang berpuasa) dalam keadaan tidak berkurung sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa itu. (Hadis riwayat Ahmad, Tirmzi, Ibn Majah dan ad-Darimi).

3. Solat tarawih

Solat tarawih adalah solat khusus yang hanya dilakukan pada bulan Ramadhan. Walaupun dapat dikerjakan sendirian, solat tarawih umumnya dilakukan secara berjamaah di masjid. Rasulullah SAW selalu senantaiasa mengerjakan solat sunnah ini sepanjang bulan Ramadhan.

2. Mengerjakan umrah

Mengerjakan umrah di bulan Ramadhan hukumnya sunnah. Rasulullah SAW bersabda, "Umrah pada Ramadhan (pahalanya) sama dengan (pahala) mengerjakan haji atau mengerjakan haji bersamaku." (Hadis riwayat Bukhari).

1. Zakat fitrah

Zakat fitrah hukumnya wajib bagi orang yang mampu. Biasanya, zakat fitrah dikeluarkan paling lambat sebelum solat sunnah hari raya. Nilai zakat fitrah adalah satu gantang makanan ruji atau setara dengan 2,7 kilogram beras.

Suri Tauladan Nabi Muhammad SAW.



1. Cerita Tentang Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam

Mari kita baca dan renungkan bersama, semoga banyak hikmah yang bisa kita petik, sehingga kita bisa meneladani beliau.
-------------------------------------------------
Kalau pakaian beliau terkoyak atau robek, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam menambal dan menjahitnyanya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.

Setiap kali beliau pulang ke rumah, bila dilihat tidak ada makanan yang sudah masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsing lengan bajunya untuk membantu istrinya di dapur.

Sayyidatina ‘Aisyah rodliyallahu 'anhaa menceritakan: ”Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumah tangga.

Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pulang kembali sesudah selesai sholat.

Pernah Rasulullah pulang pada waktu pagi. Tentulah beliau amat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tidak ada apa pun yang ada untuk di buat sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayyidatina ‘Aisyah rodliyallahu 'anhaa belum ke pasar. Maka beliau shollallahu 'alaihi wasallam bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?” (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina ‘Aisyah yang berarti ‘Wahai yang kemerah-merahan)

Aisyah rodliyallahu 'anhaa menjawab dengan merasa agak serba salah, “Belum ada apa-apa Yaa Rasulallah.”

Rasulullah lantas berkata, ”Kalau begitu saya puasa saja hari ini.” tanpa sedikitpun tergambar rasa kesal di wajahnya.

Pernah Rasulullah bersabda, “sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya.”

Subhaanallaah....Prihatin, sabar dan tawadhuknya Rasulullah sebagai kepala keluarga.

Pada suatu ketika Rasulullah menjadi imam sholat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan beliau antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi kemerutuk seolah-olah sendi-sendi pada tubuh beliau yang mulia itu bergeser antara satu sama lain. Sahabat Umar yang tidak tahan melihat keadaan beliau itu langsung bertanya setelah selesai sholat :

“Yaa Rasulallah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah anda sakit yaa Rasulallah?”

“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, saya sehat dan segar” jawab beliau.

“Yaa Rasulallah… mengapa setiap kali baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh baginda?

Kami yakin anda sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda.

“Yaa Rasulallah! Adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat baginda?”

Lalu beliau menjawab dengan lembut dan senyum, ”Tidak para sahabatku. saya tahu, apa pun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah yang akan saya jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila saya sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?” “Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

Subhanallaah...betapa cintanya beliau kepada umatnya.....sedang cinta kita kepada beliau??? apakah kita sering ingat pada beliau??? apakah kita sering membaca sholawat untuk beliau??? apakah akhlak Rasulullah yang begitu lembut, santun, pemaaf, ikhlas dan tawadlu' serta selalu menyentuh hati telah kita teladani???

Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis, miskin dan kotor.

Hanya diam dan bersabar saat kain surbannya diambil dengan kasar oleh seorang Arab Badwi hingga berbekas merah di lehernya.

Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencingi si Badwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu.

Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH TA'ALA dan rasa kehambaan dalam diri Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang tinggi menjadikan beliau seorang yang tawadlu' yang tidak ingin dimuliakan.

Anugerah kemuliaan dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dari yang lain, ketika di depan umum maupun dalam kesendirian.

Ketika pintu Surga telah terbuka, seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah, hingga pernah baginda terjatuh, lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi.

Bila ditanya oleh Sayyidatina ‘Aisyah rodliyallahu 'anhaa, “Yaa Rasulallah, bukankah anda telah dijamin Surga? Mengapa anda masih bersusah payah begini?”

Jawab baginda dengan lunak, “Yaa ‘Aisyah, bukankah saya ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya saya ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”

Rasulullah benar-benar sosok hamba yang sangat bersyukur kepada-Nya, beliau mensyukuri semua anugerah yang beliau terima dengan ibadah yang sungguh-sungguh....Subhaanallaah.....

Renungan untuk kita, bagaimana ibadah kita, sudahkah sungguh-sungguh sebagaimana Rasulullah??? atau masih jauh dari rasa sungguh-sungguh??? ataukah masih merasa berat atau merasa terbebani dengan ibadah-ibadah yang Allah wajibkan pada kita??? jawabannya ada di hati kita masing-masing....bila kita mau berfikir memang nikmat Allah pada kita banyak sehingga tidak mungkin kita menghitungnya, tapi sayang banyak manusia yang tidak mau memikirkan dan merenungkan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan-Nya, terutama nikmat IMAN dan ISLAM.

Allah telah berfirman dalam QS. Al-Qolam ayat 4 yang terjemahnya "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak (berbudi pekerti) yang agung"

Demikian sedikit apa yang ana bisa sampaikan tentang agungnya dan mulianya Rasulullah, tidak lupa ana sampaikan terima kasih kepada siapa yang menyempatkan waktu membaca artikel sederhana ini.

2. Bismillahirrahmaanirrahiim
Diriwayatkan pada saat itu Rasulullah baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan ada uzur.

Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.

Sang manusia Agung itupun bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?"
Si tukang batu menjawab, "Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar."

Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasulpun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,

"Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada", 'inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya'.

***


Rasulullahl tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.

Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR Thabrani)

***


Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas.

”Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kam di muka bum; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 10)

”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (QS Nuh19-20)

***


”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)

”Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)

”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)

”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)


3. Kisah Rasulullah dan Seorang Badui

PADA suatu masa, ketika Nabi Muhammad SAW sedang tawaf di Kaabah, baginda mendengar seseorang di hadapannya bertawaf sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”
Rasulullah SAW meniru zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!”

Orang itu berhenti di satu sudut Kaabah dan menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah yang berada di belakangnya menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!”
Orang itu berasa dirinya di perolok-olokkan, lalu menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang lelaki yang sangat tampan dan gagah yang belum pernah di lihatnya.

Orang itu berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ngejekku, karena aku ini orang badui? Kalaulah bukan karena ketampanan dan kegagahanmu akan kulaporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”
“Belum,” jawab orang itu.
“Jadi bagaimana kamu beriman kepadanya?” tanya Rasulullah SAW.
“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya,” jawab orang Arab badwi itu.

Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”
Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya lalu berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?” “Ya,” jawab Nabi SAW.
Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua-dua kaki Rasulullah SAW.

Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab badwi itu seraya berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus aku bukan untuk menjadi seorang yang takabur, yang minta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya.”

Ketika itulah turun Malaikat Jibril untuk membawa berita dari langit, dia berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Katakan kepada orang Arab itu, agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil mahupun yang besar.”

Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata, “Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan denganNya.”

Orang Arab badwi berkata lagi, “Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran magfirahNya. Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luasnya pengampunanNya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa dermawanNya.”

Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu sehingga air mata meleleh membasahi janggutnya.

Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Berhentilah engkau daripada menangis, sesungguhnya karena tangisanmu, penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allah sudah mengampunkan semua kesalahannya dan akan menjadi temanmu di syurga nanti.”
Betapa sukanya orang Arab badwi itu, apabila mendengar berita itu dan menangis karena tidak berdaya menahan rasa terharu.

**********************************************************************************

Monday 22 May 2017

ASAL USUL HALAL BIHALAL

MAKNA HALAL BIHALAL
Oleh : Astrida, S.Pd.I
Guru PAI SMP Sandika Kabupaten Banyuasin
A. Pendahuluan
Halal bihalal merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang dilakukan sesudah hari lebaran
baik di kalangan instansi pemerintah, perusahaan dan dunia pendidikan. Kegiatan ini tentu saja
menjadi tradisi tahunan yang unik dan tetap dipertahankan serta dilestarikan. Ini adalah refleksi
ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan, dan saling berbagi kasih sayang
pasca lebaran.
Dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia selalu tidak bisa luput dari dosa. Dosa yang
paling sering dilakukan adalah kesalahan terhadap sesamanya, seperti iri hati, permusuhan dan
saling menyakiti. Halal bihalal merupakan peristiwa penting untuk saling memaafkan, baik secara
individu maupun kelompok.
Dalam kacamata Islam, halal bihalal bertujuan untuk menghormati sesama manusia dalam
bingkai silaturahmi. Halal bihalal dilihat dari sisi silaturahmi dapat menjadi perantara untuk
memperluas rezeki dan memperpanjang umur, sebagaimana keterangan sebuah hadis dari Abu
Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barangsiapa yang ingin
diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia bersilaturahmi”.
B. Pendekatan Halal Bihalal
Ada baiknya kita mengetahui arti penting halal bihalal yang dapat ditinjau dari 3 (tiga)
pendekatan, yaitu pendekatan bahasa, pendekatan hukum dan pendekatan al-Quran, sebagai berikut:
Pertama, pendekatan dari segi bahasa, karena halal bihalal merupakan budaya yang hanya
ada di Indonesia dan istilahnya memakai bahasa Arab, maka untuk mengartikan halal bihalal
digunakan pendekatan bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, halal bihalal berarti acara maaf-maafan pada hari
lebaran, sehingga mengandung unsur silaturahmi. Sedangkan dalam bahasa Arab, halal bihalal
berasal dari kata “Halla atau Halala” yang mempunyai banyak arti sesuai dengan konteks
kalimatnya, antara lain: penyelesaian problem (kesulitan), meluruskan benang kusut, mencairkan
yang beku, atau melepaskan ikatan yang membelenggu.
Karena itu, melalui pendekatan kedua bahasa di atas, maka arti halal bihalal adalah suatu
kegiatan saling bermaafan atas kesalahan dan kekhilafan sesudah lebaran melalui silaturahmi,
sehingga dapat mengubah hubungan sesama manusia dari benci menjadi senang, dari sombong
menjadi rendah hati dan dari berdosa menjadi bebas dari dosa.
Kedua, pendekatan dari segi hukum. Dalam hukum Islam (Fiqih), kata halal lawan dari
haram. Halal adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan. Sedangkan haram adalah suatu tuntutan
untuk ditinggalkan atau perbuatan yang melahirkan dosa dan mengakibatkan siksaan. Jadi dengan
adanya halal bihalal bagi yang melakukannya akan terbebas dari semua dosa.
Dengan demikian, makna halal bihalal ditinjau dari segi hukum adalah menjadikan sikap
yang tadinya haram atau berdosa menjadi halal dan tidak berdosa lagi. Hal tersebut dapat tercapai
bila syarat-syarat lain terpenuhi, yaitu syarat taubat, di antaranya menyesali perbuatan, tidak
mengulangi lagi, meminta maaf dan jika berkaitan dengan barang maka dikembalikan kecuali
mendapat ridha dari pemiliknya.
Ketiga, pendekatan dari segi tinjauan Qur’ani. Kata halal dalam al-Qur’an dapat ditemukan
dalam 6 ayat yang terdapat dalam lima surat, dua di antaranya dirangkaikan dengan kata haram
yaitu dalam surat An-Nahl ayat 116 dan surat Yunus ayat 59. Dalam surat An-Nahl ayat 116, artinya
: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta
“ini halal dan haram” untuk mengadakan kebohongan kepada Allah. Sesungguhnya orang-orang
yang mengadakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Q.S. An-Nahl: 116).
Selanjutnya dalam surat Yunus ayat 59 juga digandengkan, sebagai berikut : Katakanlah :
“terangkanlah kepadaku tentang rizki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan
sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal”. Katakanlah “apakah Allah memberikan izin
kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-ada saja terhadap Allah?”(Yunus: 59).
Sedangkan keempat sisanya selalu dirangkaikan dengan kata kuluu artinya makanlah dan
kata thayyibah artinya yang baik. Hal ini dapat dilihat dalam surat al-Baqarah : 168, surat al-Anfal :
69, surat al-Maidah: 88 dan surat an-Nahl : 116. Dalam surat al-Baqarah : 168 artinya : Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu.” (al-Baqarah: 168).
Dijelaskan juga dalam surat al-Anfal ayat 69, artinya : Maka makanlah dari sebagian
rampasan perang yang telah engkau ambil itu, sebagi makanan yang halal lagi baik, dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (al-
Anfaal: 69). Surat Al-Maidah ayat 88, artinya : Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari
apa yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya (al-maidah: 88).
Terakhir dalam surat an-Nahl ayat 166 artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari
rizki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-
Nya saja menyembah. (an-Nahl: 116).
Jadi kata halal dalam surat tersebut di atas selain dirangkaikan dengan kata haram dan
kulu, juga dirangkaikan dengan kata thayyib yang berarti “baik lagi menyenangkan”.
Dengan demikian, al-Qur’an menuntut setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik
dalam berpolitik, berdagang, berpakaian, berbicara, berhubungan sesama manusia dan lain-lain,
maka harus sesuatu yang baik dan menyenangkan semua pihak, artinya ketika kita berdagang atau
berbisnis kita dituntut untuk tidak menipu, curang, dan berbohong.
C. Asal Usul Tradisi Halal Bihalal
Di Mekkah dan Madinah, tradisi halal bihalal tidak dikenal. Karena itu, bisa dikatakan halal
bihalal made in Indonesia atau ciptaan umat Islam Indonesia atau dalam bahasa Prof. Dr. Quraish
Shihab adalah hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara.
Konon, tradisi halal bihalal pertama kali dirintis oleh Mangkunegara I, lahir 08 April 1725,
yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Saat itu, untuk menghemat waktu, tenaga,
pikiran dan biaya, setelah shalat Idul Fitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara
raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Dalam budaya Jawa,
seseorang yang sungkem kepada orang yang lebih tua adalah suatu perbuatan yang terpuji. Tujuan
sungkem adalah sebagai lambang penghormatan dan permohonan maaf.
Sumber lainnya adalah tradisi halal bihalal lahir bermula pada masa revolusi kemerdekaan,
di mana Belanda datang lagi. Saat itu, kondisi Indonesia sangat terancam dan membuat sejumlah
tokoh menghubungi Soekarno pada bulan Puasa 1946, agar bersedia di hari raya Idul Fitri yang
jatuh pada bulan Agustus menggelar pertemuan dengan mengundang seluruh komponen revolusi.
Tujuannya adalah agar lebaran menjadi ajang saling memaafkan dan menerima keragaman dalam
bingkai persatuan dan kesatuan bangsa.
Kemudian, Presiden Soekarno menyetujui dan dibuatlah kegiatan halal bihalal yang dihadiri
tokoh dan elemen bangsa sebagai perekat hubungan silaturahmi secara nasional. Sejak saat itu,
semakin maraklah tradisi halal bihalal dan tetap dilestarikan oleh masyarakat Indonesia sebagai
salah satu media untuk mempererat persaudaraan bagi keluarga, tetangga, rekan kerja dan umat
beragama.
D. Kesimpulan
Halal bihalal merupakan tradisi khas yang merefleksikan bahwa Islam adalah agama
toleransi, yang mengedepankan pendekatan hidup rukun dengan semua agama. Pesan universal
Islam untuk selalu berbuat baik, memaafkan kesalahan orang lain dan sarana untuk saling
berlomba-lomba dalam kebaikan sehingga tetap menjadi warna tersendiri bagi masyarakat muslim
Indonesia.
Terlepas dari makna sebenarnya kegiatan halal bihalal tergantung pada niat orang yang
menggelarnya dan perspektif setiap masyarakat dari mana menilainya. Jangan sampai silaturahmi
hanya sebatas simbol kepedulian dan ajang pencitraan untuk memenuhi agenda tahunan dalam
rangka memeriahkan hari raya kemenangan.

cara menentukan harga jual



Untuk sebagian orang mungkin menentukan harga jual tidak terlalu susah, tapi untuk kamu yang masih newbie dalam jualan online pasti pernah kebingungan saat menentukan berapa harga untuk barang yang akan kamu jual.
Penentuan harga jual nggak boleh kamu anggap remeh, karena harga jual menjadi salah satu faktor laku atau tidaknya produk dan ngaruh banget dengan keberhasilan.

1. Metode Penentuan Harga Biaya-Plus
Metode penentuan harga biaya-plus
Penentuan harga dengan menggunakan metode ini ialah dengan menambah modal atau biaya produksi dengan keuntungan atau marjin yang dikehendaki.
Rumusnya :
Modal (biaya produksi) + Laba = Harga Jual
Contoh Kasus :
Kamu memiliki usaha konveksi, lalu mendapat pesanan sekitar 10 baju muslim dengan perkiraan menghabiskan biaya Rp 1.500.000 dengan rincian sebagai berikut :
Biaya bahan baku : Rp 500.000
Ongkos penjahit : Rp 600.000
Biaya lain-lain : Rp 400.000
Jika kamu menghendaki laba sebesar 30% dari biaya produksi maka perhitungannya sebagai berikut :
Rp 1.500.000 + (30% x Rp Rp 1.500.000) = Rp 1.950.000 , jadi harga tiap baju muslim adalah Rp 195.000
Perhitungan harga jual di atas umum dipakai oleh penjual yang memproduksi barangnya sendiri, lalu bagaimana jika kamu adalah reseller?
Rumusnya :
Harga jual = Harga beli + Mark Up
Wait…apa itu mark up?
Mark up merupakan kelebihan harga jual produk di atas harga beli. Keuntungan diperoleh dari sebagaian mark up. Selain itu pedagang juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang diambilkan dari sebagian mark up.
Contoh kasus :
Kamu menjual mukena, tetapi kamu tidak memproduksinya sendiri alias kamu adalah reseller mukena, kamu membeli mukena dari supplier Rp 90.000/mukena dengan kuntungan sebesar Rp 30.000/mukena. Jadi;
Harga jual = harga beli + mark up
Harga jual = Rp 90.000 + Rp 30.000
Harga jual = Rp 120.000

2. Metode Pasar atau Pesaing
Metode ini disebut juga dengan competitive pricing, yakni dengan menyamakan harga produk berdasarkan harga jual kompetitor. Tidak didasarkan unsur biaya.
Saat kamu memakai metode ini, ada 3 alternatif untuk menentukan harga jual; pertama harga jual barangmu bisa sama dengan harga jual kompetitor, kedua harga jualmu bisa lebih rendah, ketiga harga jualmu bisa lebih tinggi dari harga jual kompetitor.

3. Price Skimming
penentuan harga jual elektronik menggunakan metode skimming pricing via viva.co.id
Price skimming cocok diterapkan untuk usaha yang punya pesaing sedikit bahkan nggak punya pesaing. Jadi metode ini menetapkan harga jual yang tinggi untuk setiap produk baru lalu berangsur-angsur turun saat ada tipe lain yang diluncurkan.
Metode ini biasanya diterapkan untuk produk elektronik, seperti handphone, laptop, computer, dll.

4. Multiple Unit Pricing
penentuan harga jual dengan multiple unit pricing via tribunnews
Pernah nggak sih saat kamu belanja entah di pusat perbelanjaan sampai toko biasa, beli beberapa barang dapat bonus satu barang gratis?
Yap! Mereka menggunakan metode multiple unit pricing, yakni metode yang memberikan harga khusus untuk pembelian barang dengan jumlah yang banyak. Misalnya, buy 3 get 1, bonus khusus saat pembelian barang dalam jumlah banyak.

5. Bundling
penentuan harga jual dengan metode bundling via loveindonesia
Metode bundling adalah penjualan dua atau lebih produk dalam satu harga, biasanya harga jual yang ditentukan dengan metode ini lebih rendah dari total penjumlahan masing-masing harga produk.
Biasanya metode ini diterapkan untuk penjualan di restoran cepat saji yang menyediakan paket menu yang disisipi produk merk lain sampai penjualan smartphone yang sudah sepaket dengan provider tertentu.
Misalnya, Blackberry dengan provider seperti Indosat, Telkomsel atau provider lainnya.